Siang ini langit cerah tapi sebagiannya mendung. Tertutup awan kelabu.
Aku terduduk di sisi lapang. Melempar pandang ke sekeliling. Mencari satu sosok yang sejak 3 hari lalu aku rindukan keberadaannya. Tapi nihil, aku tidak menemukannya.
Aku mencoba mengalihkan perhatian pada orang-orang di sekitar. Mencoba tertawa menutupi rasa resah di hati. Aku benci karena lagi-lagi harus bersandiwara, harus berpura-pura.
Dan... disaat aku sedang berusaha keras untuk menyembunyikan semua pilu di dada, tiba-tiba langit yang tertutup awan kelabu tadi menumpahkan hujan yang begitu deras.
Aku melihat senyum bangga yang penuh arti itu berjalan di depanku. Aku melihat senyum yang seolah menancapkan panah api ke dadaku. Aku mendengar derap langkahnya yang seperti menari-nari di atas hancurnya semua pengharapan. Menertawakan semua penantian panjang. Membuat semuanya tak berarti. Semuanya seakan sia-sia. Aku melihat raut wajah ceria yang terpancar hanya dari satu senyuman sekejap itu. Sementara hujan ini terus jatuh dengan derasnya.
Dia menghampiriku, mencoba menyapa namun aku menampikkannya. Aku tak kuasa memperlihatkan wajah yang berhiaskan bulir-bulir airmata. Aku tak kuasa melihat ekspresi biasa yang seolah baginya apa yang dia lakukan tak memberikan efek sakit yang begitu besarnya. Aku tak kuasa dan aku tak mampu lagi menahan untuk berpura-pura semua baik-baik saja. Aku menumpahkan rasa kesalku, amarahku, kecewa dengan tangisan.
Mengapa lagi-lagi harus selalu aku yang menerima semua keadaan pahit ini. Mengapa lagi-lagi harus aku yang memasang kesabaran lebih. Mengapa lagi-lagi harus aku yang melapangkan dada. Mengapa ?
Aku selalu berusaha untuk menerima segala kerumitan yang kau buat. Tapi apa semua itu belum cukup ? Apa kamu belum puas untuk terus menguji aku ? Apa kamu belum puas untuk terus menghancurkan kembali hati yang dengan susah payah aku benahi sendiri ? Harus sampai kapan aku bertahan dalam ketidakpastian yang kamu buat namun kamu rusak ? Harus selama apa lagi ?
Sesungguhnya hati ini entah bentuknya seperti apa sekarang. Hancur, mungkin. Kamu memintaku untuk percaya pada satu harapan kecilmu. Tapi kamu tidak mencoba bertanya dan mewujudkan harapan-harapan sederhana yang selama ini aku inginkan.
Bagaimana aku bisa memegang erat harapan kecilmu sementara kamu masih terus melakukan hal yang menghancurkan semua harapan sederhanaku ?
*Now Playing : For Revenge - Termentahkan*
"Tertawalah anggap ku tak ada. Menarilah tanpa arah. Bernyanyilah."
Copyright of MyRainbow'sLife♥
No comments:
Post a Comment